Rabu, 26 Maret 2014

Ratu Adil yang Dinantikan (1)

Kajian  tentang tokoh pemimpin bangsa, yang sekarang menjadi isu senteral di kalangan sebagian rakyat Indonesia, apalagi di saat menjelang Pemilu 2014. Di tengah gejolak bangsa yang hampir terpuruk dalam seluruh sektor kehidupan baik politik, ekonomi, agama, sosial dan budaya, di antara rakyat kita  bertanya dan berandai-andai kapan bangsa ini akan bangkit   menjadi bangsa bermoral yang adil dan makmur. Dari awal kemerdekaan hingga saat ini, para tokoh pemimpin bangsa telah dipilih dan diangkat silih berganti, tapi rakyat nampaknya belum menemukan seorang pemimpin  pun yang berhasil membawa dan membangun rakyat   sesuai dengan cita-cita bangsa. Setiap pemimpin menuai berbagai kritikan dan dianggap gagal memimpin bangsa ini.



Di sepanjang perjalanan bangsa yang tidak menentu ini, adalah wajar bila ada di benak rakyat kita punya secercah harapan.  Akankan  munculnya seorang tokoh yang mampu  mengangkat harkat dan martabat  bangsa? Apakah bangsa ini akan terus menurus terpuruk  tanpa memiliki seorang pemimpin yang adil dan bijak?  Apakah Tuhan akan memberikan rahmat dengan menurunkan seorang hamba-Nya untuk mengatur bangsa ini agar  hidup rukun dan damai?  Kapan munculnya Sang ‘Ratu Adil' sebagaimana diidamkan oleh sebagaian orang? Segudang pertanyaan  muncul dari benak kita, tapi sayangnya belum  ada kepastian jawaban yang jelas dan pasti.

Kiranya tulisan singkat ini akan menganulir semua pertanyaan yang ada. Meskipun kepastian jawabannya masih meraba-raba dan hanya sebuah perenungan yang belum teruji, tapi paling tidak tulisan ini cukup sekedar memberikan arahan bagaimana semestinya kita mensikapi dan memiliki pandangan  jernih sesuai dengan norma dan budaya  yang kita miliki. Kiranya kita sepakat, bahwa tidak ada sebuah jawaban yang mungkin dapat dijadikan patokan, kecuali persoalan tokoh pemimpin atau Ratu adil itu kita dikaji dalam berbagai sumber tulisan yang kita ketahui selama ini. Meskipun sumber-sumber rujukan itu hanya sebuah pemikiran dari para pujanga yang tidak diketehui secara pasti, tapi paling tidak lewat pemikiran mereka itu akan dapat diprediksi  kemana arah dan tujuan bangsa kita ini.

Pandangan Tentang Ratu Adil

Ratu Adil atau Satrio Piningit adalah sosok hamba  yang masih mengundang beribu pertanyaan. Dalam persepsi orang jawa, dia adalah hamba yang  berdemensi ganda, jiwanya di langit sementara jasadnya menetap di bumi.  Dia tokoh  yang adil dan bijak yang   hidup bersama rakyat. Setiap kebijakan dan langkah dalam mengatur bangsa tidak berdasarkan hawa nafsu, tetapi  keputusan yang langsung dari “atas”, suatu wangsit atau ilham yang mutlak benar dan tidak bisa dibantah.    Tokoh inilah yang dimimpikan oleh sebagaian rakyat kita, yang wujud  kehadirannya sampai saat ini belum diketahui secara pasti.

Dalam sejarah Islam, sosok tokoh seperti yang digambarkan di atas mirip dengan  Umar bin Abdul Aziz, seorang ilmuan sekaligus tokoh spritualis.  Beliau memimpin umat Islam dengan bijak, adil dan penuh kasih sayang.  Terpilih menjadi   khalifah dinasti Bani Umayah  bukan atas kehendak pribadi atau pomosi lewat partai, tapi diangkat langsung oleh rakyat. Dia muncul disaat terjadi krisis kepercayan, moral, politik, ekonomi dan spiritual.  Dalam waktu singkat  2 tahun menjadi khalifah,   berhasil membangun totalitas beragama, berbangsa dan bernegara. Dalam sejarah, dia tercatat sebagai kepala Negara dan  pemimpin  yang zuhud, wara', bijak, adil,  dan tinggal di luar istana hidup bersama rakyat kecil.

Yang menjadi pertanyaan, apakah mungkin di negeri kita ini akan muncul tokoh pemimpin (satrio piningit) seperti Umar bin Abdul Aziz? Tentu saja pertanyaan ini tidak gampang dijawab. Umar bin Abdul Aziz lahir dan dibesarkan dalam lingkungan kultur Arab, yang berbeda dengan kultur bangsa kita.  Pada masa kecilnya hingga menjadi khalifah waktunya dihabiskan untuk belajar agama. Awal  diangkat  menjadi khalifah bukan karena beliau pintar berpolitik dan pintar mengatur siasat ekonomi umat, tapi karena kezuhudan dan wibawa keulamaannya. Rakyat memilih beliau semata-mata atas pertimbangan dan penilaian agama, bukan factor dunia. Rakyatnya  beranggapan, tidak ada seorang pemimpin yang mampu membangun dan mensejahterakan umat, kecuali pemimpin yang takwa.

Karena itu, ada sebagian kita berpendapat, bahwa adalah mustahil tokoh satrio piningit yang akan menjadi pemimpin negara kita ini seperti Umar bin Abdul Aziz. Alasannya, pertama,  konsep bernegara kita diatur oleh Undang-undang, Kedua, kreteria kepemimpinan tidak menempatkan unsur ketakwaan satu-satunya indikator bagi seorang calon pemimpin. Ketiga, kemunculan calon tokoh pemimpin harus dipromosikan lewat partai.        

Tokoh Satrio Piningit,  apakah ia mirip Umar bin Abdul Aziz atau tidak, yang jelas dalam Serat Centini tokoh pemimpin ideal bangsa sangat dinantikan kedatangannya. Dalam keyakinan orang jawa, ia akan muncul  di saat kezaliman merajalela. Adapun tokoh-tokoh pemimpin yang muncul selama ini adalah bukan tokoh sebenarnya. Kehadiran mereka adalah sebagai tokoh perantara dalam rangka proses menunggu datangnya Sang Ratu Adil alias Satrio Piningit.  Aktivitas pembangunan yang dilakukan para pemimpin saat ini adalah sekedar melanjutkan apa yang sudah ada,   yang  belum mampu  mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat seutuhnya. Kemakmuran dan kesejahteraan hanya bisa diwujudkan bila negeri ini dipimpin Satrio Piningit atau Ratu Adil.

Keyakinan masyarakat jawa di atas, ternyata sekarang telah dimanfaatkan menjadi isu kepemimpinan nasional. Menjelang pemilu 2009 nanti, sekarang  sebagian pihak telah memanfaatkan sosok 'Satrio Piningit” sebagai komoditas politik. Mereka berusaha menarik massa dengan  membentuk partai-partai. Alasannya sederhana, bahwa pemimpin bangsa yang dulu dan sekarang adalah sama saja, mereka tidak mampu mesejahterakan rakyat. Maka satu-satunya cara menumbuhkan keyakinan rakyat dengan memunculkan isu-isu “Ratu Adil”  dan membentuk kelompok-kelompok yang menjurus ke arah sana.

Sekarang yang menjadi  persoalan, mungkinkah sang Satrio Piningit itu  diangkat lewat manipulasi politik dan  promosi partai-partai? Atau, percayakah kita bahwa Sang Ratu Adil muncul lewat  kelompok-kelompok yang haus kekuasaan?   Inilah sebenarnya pertanyaan yang perlu dijawab, agar pemahaman kita tidak tersesat dalam khayalan dan dipolitisir oleh pihak-pihak tertentu.
       
Ketahuilah, bahwa keinginan rakyat memimpikan datangnya seorang pemimpin ideal untuk memakmurkan bangsa ini adalah sebuah harapan murni dan suci. Tapi  tentunya harus dilandasi oleh pijakan normatif, agar harapan itu betul-betul logis dan tidak tergelincir dari keyakinan. Andaikan Tuhan memenuhi harapan kita untuk mendapatkan  seorang pemimpin yang adil dan bijak, adalah mustahil bila calon pemimpin itu bernaung di bawah 'bendera' yang haus kekuasaan. Ia tidak akan pernah muncul dan memproklamirkan dirinya untuk dipilih dan diangkat.  

Maka persepsi kita tentang Sang “Ratu Adil”  perlu dikaji ulang. Dalam salah satu rujukan,  yaitu kitab Serat Gemo Surgoloko, bahwa sosok 'Ratu Adil”, berbeda dengan pandangan yang selama ini berkembang. Dalam kitab itu diceritakan: “telah datang berita dari langit” bahwa bila di negeri kita ini sudah tidak ada lagi kedilan dan rakyat sudah bertindak dengan hawa nafsu dan maunya sendiri, serta setiap pergantian pemimpin belum juga membawa perubahan, maka pada saat itu pertanda Sang Ratu Adil akan segera muncul untuk membenahi bangsa.

Lebih lanjut isi kitab itu menjelaskan,  bahwa Sang Ratu Adil  mempunyai ciri dan tanda khusus. Dia adalah seorang hamba Tuhan yang latar belakang munculnya bukan atas kehendak bangsa, tapi semata-mata atas kemauan Tuhan. Dia terpisah dari tahta kekuasaan, hadir ke bumi semata-mata untuk merubah  zaman. Ketika kondisi bangsa kacau balau,  situasi politik tidak menentu, kondisi ekonomi terpuruk, prilaku maksiat menyebar di mana-mana, dan nilai-nilai moral sudah   ditinggalkan, maka pada saat itu ia akan hadir menata nilai-nilai kehidupan sesuai dengan norma-norma bangsa.

Sekarang kondisi bangsa kita nampaknya hampir terpuruk pada semua tatanan kehidupan. Ini pertanda bahwa kehadiran  Sang Ratu Adil akan segera muncul. Tokoh yang bakal merubah zaman itu segera menata bangsa ini dengan  kekuatan yang dianugerahkan Tuhan. Tidak diketahui kapan waktunya, yang mengerti hanya dia dan Tuhannya. Dia sosok hamba yang tersembunyi di balik 'naungan' Tuhan. Dilahirkan dari keturunan terhormat. Tidak dipilih dan tidak pula memiliki tahta sebagaimana yang digambarkan orang. Tahtanya sunyi senyap. Belatentaranya  “ghaib” dan benderanya “kebaikan”. Pada saat dimunculkan oleh Tuhan, maka pada saat itu pula bangsa ini mulai merambah menuju kea rah perbaikan. Seluruh tatanan kehidupan bernegara tertata dengan sendirinya, hingga bangsa ini merasa hidup aman dan tenteram.

Karakteristik akhlak dan prilakunya  adalah takwa  yaitu selalu taat dan tidak pernah melanggar aturan Tuhan. Dia seorang  pemberani, tidak takut menghadapi tantangan dan kesulitan. Ia akan tampil terdepan dan bertanggungjawab untuk menyelamatkan bangsa.  Memiliki kekuatan bathin atau penglihatan mata hati yang tajam, yang dengan kekuatan itu ia dapat menembus semua tatanan kehidupan. Hubungannya dengan sesama makhluk bersifat pemurah dan kasih sayang. Cinta kasihnya sesema umat melebihi cinta terhadap dirinya sendiri. Bersikap adil dalam segala hal, tanpa pandang bulu. Keadilannya merata pada semua makhluk, tanpa dibatasi dan dipengaruhi oleh sekat-sekat sosial dan budaya. Meskipun ia memiliki kelebihan, tapi tetap merendah dan tidak pernah  sombong. Dia tidak mengharapkan pujian. Tidak pernah bangga bila dipuji dan tidak pernah rugi atau kecewa bila dihina. Tidak punya tendensi politis dan ekonomis. Ia berbuat ikhlas untuk bangsa semata-mata karena Tuhannya.
             
Pada sisi pribadinya yang lain,  ia adalah seorang tokoh piningit (tersembunyi) yang amanah dan jujur.  Ia seorang yang dapat dipercaya dan bertanggungjawab, serta jujur dalam tindakan dan perkataan.  Setiap tindakannya merupakan suri tauladan.  Dan setiap yang mendengarkan ucapannya akan membekas di hati dan mempengaruhi prilaku.  Demikianlah sosok pribadi Sang Ratu Adil alias Satrio Piningit itu. Jadi ringkasnya, ia bukanlah sosok manusia biasa, tapi seorang hamba yang dianugerahkan oleh Tuhan dengan berbagai kelebihan, baik lahir maupun bathin.

lanjutkan ....
Ratu Adil yang Dinantikan (2)

0 komentar:

Posting Komentar